Agama

Menyampaikan Pendapat dengan Santun: Jalan Tengah Islam dalam Mengawal Pemerintah

388
×

Menyampaikan Pendapat dengan Santun: Jalan Tengah Islam dalam Mengawal Pemerintah

Sebarkan artikel ini

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, wajar jika rakyat memiliki aspirasi, kritik, atau saran terhadap pemerintah. Islam sebagai agama yang paripurna tidak menutup ruang bagi umatnya untuk menyampaikan pendapat. Justru, Islam mendorong adanya komunikasi yang sehat antara rakyat dan pemimpin, selama hal itu dilakukan dengan adab, etika, dan niat untuk kebaikan bersama.

Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Islam mengajarkan prinsip amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran). Hal ini mencakup pula mengingatkan pemimpin bila terdapat kebijakan yang dirasa merugikan umat. Rasulullah SAW bersabda:
“Agama itu adalah nasihat.” Para sahabat bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan kaum Muslimin pada umumnya.” (HR. Muslim).

Hadis ini menegaskan bahwa memberi nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran agama. Namun, nasihat itu bukanlah cacian atau provokasi, melainkan arahan yang tulus demi maslahat umat.

Adab dalam Menyampaikan Kritik

Al-Qur’an memberikan teladan ketika Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk berdialog dengan Firaun. Meskipun Firaun dikenal zalim, Allah berfirman:
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 44).

Ayat ini menjadi pelajaran penting bahwa menyampaikan kritik harus dengan bahasa yang santun. Tujuan dari kritik bukanlah menjatuhkan, melainkan menyadarkan dan memperbaiki.

Dalam konteks negara modern, kritik bisa disampaikan melalui mekanisme demokrasi: forum musyawarah, aspirasi rakyat, media yang sehat, atau jalur hukum yang berlaku. Dengan cara ini, suara rakyat bisa terdengar tanpa menimbulkan kerusakan sosial.

Antara Ketaatan dan Kontrol Sosial

Islam juga menekankan pentingnya taat kepada pemimpin, selama mereka tidak memerintahkan maksiat. Allah berfirman dalam QS. An-Nisa: 59:
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu.”

Ayat ini menegaskan keseimbangan antara ketaatan dan kontrol sosial. Rakyat perlu mendukung pemerintah dalam kebajikan, namun tetap kritis jika ada penyimpangan. Dengan demikian, hubungan antara rakyat dan pemimpin tidak kaku, melainkan dinamis dan penuh tanggung jawab.

Penutup

Menyampaikan pendapat kepada pemerintah dalam perspektif Islam bukanlah tindakan yang dilarang, bahkan merupakan bagian dari tanggung jawab moral seorang Muslim. Namun, Islam menekankan adab, etika, dan niat yang lurus. Kritik yang disampaikan dengan santun dan konstruktif akan menjadi cahaya perbaikan, sementara kritik yang kasar hanya akan menimbulkan permusuhan.

Dengan menjadikan prinsip-prinsip Islam sebagai pedoman, umat dapat berperan aktif dalam mengawal kebijakan negara, sekaligus menjaga persatuan dan keharmonisan kehidupan berbangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *