Agama

Ziarah Ke Makam Para Wali: Antara Tradisi dan Spiritualitas

611
×

Ziarah Ke Makam Para Wali: Antara Tradisi dan Spiritualitas

Sebarkan artikel ini

Pendahuluan

 Ziarah kubur adalah salah satu amalan yang dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda:

“Kuntu nahaitukum ‘an ziyaarati al-qubuur, fazuuruhaa, fa innahaa tuzakkirukum al-aakhirah.”
“Dulu aku melarang kalian berziarah kubur. Sekarang, ziarahlah kalian, karena ziarah kubur mengingatkan kalian kepada akhirat.” (HR. Muslim)

Ziarah ke makam para wali bukan semata tradisi, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan terhadap ulama dan orang-orang saleh yang telah berjuang menegakkan Islam. Di Indonesia, khususnya di Jawa, ziarah ke makam wali seperti Wali Songo telah menjadi bagian dari budaya sekaligus spiritualitas masyarakat muslim.

Makna dan Tujuan Ziarah ke Makam Wali

  1. Menghidupkan nilai-nilai keislaman dan keteladanan
    Para wali adalah tokoh-tokoh dakwah yang memperjuangkan Islam dengan penuh kesabaran dan hikmah. Ziarah ke makam mereka mengingatkan kita pada perjuangan mereka dan pentingnya meneruskan semangat dakwah dengan akhlak mulia.
  2. Menguatkan rasa cinta kepada ulama dan orang-orang saleh
    Allah berfirman:

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) berdoa: ‘Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami…'” (QS. Al-Hasyr: 10)

Ziarah adalah wujud doa dan penghormatan kepada orang-orang yang lebih dulu wafat dalam keadaan beriman.

  1. Mengingatkan akan kematian dan kehidupan akhirat
    Melihat kuburan, membaca doa, dan menyaksikan keheningan alam kubur memberi pelajaran penting bahwa setiap manusia akan mengalami kematian, dan hidup di dunia hanyalah sementara.
  2. Memohon doa, bukan kepada penghuni kubur, tetapi kepada Allah
    Dalam ziarah, kita tidak memohon kepada wali yang telah wafat. Kita tetap berdoa hanya kepada Allah. Namun, dengan berziarah, kita berharap doa kita lebih khusyuk dan penuh kesadaran karena berada di tempat yang mengingatkan kita pada kematian.

 Adab dan Etika Ziarah ke Makam Wali

  1. Niat yang benar
    Ziarah dilakukan dengan niat ibadah dan mengingat akhirat, bukan untuk meminta kekayaan, jodoh, atau kesaktian kepada wali yang sudah wafat.
  2. Tidak melakukan perbuatan syirik
    Jangan menyembah, memohon pertolongan, atau menyampaikan nazar kepada selain Allah. Berdoa tetap hanya ditujukan kepada Allah semata.
  3. Membaca doa dan Al-Qur’an
    Disunnahkan membaca surat Yasin, Al-Fatihah, atau doa-doa untuk penghuni kubur, seperti:

“Assalaamu ‘alaikum ahlad-diyaari minal-mu’miniin wal-muslimiin, wa innaa insyaa’Allaahu bikum laahiqoon, nas’alullaaha lanaa wa lakumul-‘aafiyah.”

4. Menjaga ketenangan dan sopan santun
Berpakaian sopan, menjaga suara, tidak bercanda atau melakukan hal yang tidak pantas di  lingkungan makam.

 Pandangan Ulama

Mayoritas ulama dari mazhab Syafi’i, Maliki, dan Hanafi membolehkan ziarah ke makam wali, selama tidak disertai perbuatan yang mengarah pada syirik atau bid’ah munkarah.

Imam Nawawi berkata dalam Al-Majmu’:

“Disunnahkan berziarah ke kuburan para nabi, ulama, syuhada, dan orang-orang saleh. Ini merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah.”

 Penutup

Ziarah ke makam para wali adalah sarana spiritual yang dapat menghidupkan semangat keislaman, menumbuhkan cinta kepada ulama, serta mengingatkan pada kematian dan akhirat. Namun demikian, harus dilakukan dengan niat yang benar, cara yang sesuai syariat, dan menjauhi segala bentuk kemusyrikan.

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari perjalanan dan perjuangan para wali, serta mampu meneruskan dakwah mereka dalam kehidupan sehari-hari.

“Orang bijak adalah yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk kehidupan setelahnya.” (HR. Tirmidzi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *